Entri Populer

Selasa, 26 April 2011

“Mereka mengembangkan potensinya agar bisa bermanfaat bagi masyarakat”

PEREMPUAN BEBAS BERKIPRAH

Sebuah kisah yang menginspirasi…
“Abu Musa Al- Asy’ari ditegur Aisyah, istri Rasulullah. Aisyah mempersoalkan Abu Musa yang merasa malu bertanya kepadanya. Setelah didesak, Abu Musa akhirnya menanyakan hal yang ingin diketahuinya. Aisyah pun menyampaikan jawaban untuk Abu Musa. Dalam catatan sejarah, Aisyah dikenal sebagai rujukan banyak sahabat soal ilmu. Aisyah tak hanya mengajarkan ilmu kepada sesama perempuan, tetapi juga sahabat laki- laki. Ia tak hanya sebagai istri Rasul, tetapi juga aktif menekuni kegiatan sebagai pengajar di tengah masyarakat.”
Berabad kemudian, di Indonesia muncul sosok Kartini. Ia merespons masyarakatnya yang kurang memberi kesempatan kepada perempuan. Ia mendorong perempuan untuk ikut aktif di masyarakat. Kini bermunculan perempuan yang memainkan peran di berbagai bidang, yaitu bidang pendidikan, sosial, kesehatan, maupun organisasi kemasyarakatan.. Kegiatan di luar rumah merupakan bagian dari aktualisasi diri, sehingga potensi yang dimiliki perempuan bisa dikembangkan dan bermanfaat bagi masyarakat.
Perempuan memperoleh kebebasan untuk berkiprah. Ia tak hanya terpaku di dalam rumah, tapi juga bisa menjalankan aktivitas di luar rumah. Meski telah bertebaran perempuan yang berperan di ranah publik, Deputi Direktur Sekolah Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah, Prof Dr. Amany Lubis, menyatakan peran itu belum maksimal. Masih sedikit perempuan yang memainkan peran di dalam masyarakatnya.
Pada kajian yang digeluti oleh Dr. Amany tersebut, dan melihat perkembangan perempuan di Indonesia serta membandingkannya di beberapa Negara Asia, Afrika, serta Kanada, menurut beliau perempuan Indonesia lah yang paling maju dan diberi kebebasan untuk bekerja dan punya kiprah di ranah publik. Di negeri Arab banyak keterbatasan yang dialami perempuan, selain budayanya, juga karena perempuannya sendiri. Masyarakatnya memang belum begitu mengizinkan. Tapi, negeri seperti Mesir dan Suriah tidak ada hambatan karena umumnya mereka berpendidikan, sehingga perempuan bebas berperan.
Di Indonesia, karena jumlah rakyatnya banyak, perempuan Indonesia juga banyak jumlahnya, sekitar 100 juta. Dan dari sini tidak semuanya berpendidikan. Bahkan masih banyak yang buta huruf, tetapi ini kadang tidak menghambat mereka untuk mengisi peran di masyarakatnya. Jadi, bagaimana bisa aktif di ranah publik padahal tidak berpendidikan tinggi. Tetapi inilah yang unik. Hal ini terjadi karena munculnya banyak organisasi yang memberi mereka kesempatan untuk bergabung dan menjalankan kegiatan yang berkaitan dengan masyarakat luas.
Jika ditanya apakah perempuan Indonesia sudah mendapatkan perannya dengan maksimal atau belum di masyarakat? Jelas belum karena perempuan Indonesia baru empat persen yang sekolah ke perguruan tinggi. Mereka yang bisa masuk partai politik dan kampus- kampus hanya sedikit jumlahnya.
Banyak kendala untuk perempuan bisa maju di bidang pendidikan yang kemudian menghambat mereka untuk bisa lebih banyak aktif di tengah publik. Di antaranya kurangnya kesadaran keluarga baik di kota besar maupun di desa tentang pentingnya pendidikan bagi perempuan. Masih ada pemahaman bahwa perempuan nanti juga akan menikah, tinggal di rumah, lalu mengurus rumah tangga. Mayoritas seperti itu, sehingga anggapan itu masih banyak di masyarakat. Ditambah dengan angka kemiskinan. Bagi keluarga miskin, tentu jatah dana pendidikan lebih diutamakan untuk laki- laki karena laki- laki akan membuka rumah tangga baru. Apalagi laki- laki harus bertanggung jawab atas keluarganya. Sehingga akses pendidikan diserahkan kepada laki- laki. Sedangkan perempuan, meskipun tidak berpendidikan, mereka akan dijemput keluarga laki- laki dan mendapatkan nafkah dari suaminya.
Jika dikaji dari pandangan agama, semua memberikan kesempatan yang sama, hak yang sama, baik dalam pendidikan, belajar- mengajar, maupun bekerja. Jika sekarang masalahnya mengapa tidak ada pada posisi- posisi penting yang ditempati perempuan, hal tersebut dipengaruhi oleh kemampuan mereka sendiri, baik pendidikan maupun wawasan. Jika perempuan mampu secara pemikiran untuk mengembangkannnya, maka harus ada dukungan dana. Tingkat perekonomian masyarakat Indonesia umumnya masih berada di posisi menengah ke bawah. Maka action untuk perempuan supaya bisa mengikuti pendidikan lanjutan ke S1, S2, bahkan ke S3. Kebijakan yang sama perlu dilakukan agar mereka mendapat posisi strategis. Namun, perempuan yang aktif di ranah publik nantinya pun juga harus tetap mampu menjaga dirinya. Ada batas- batas yang harus benar- benar dijaga jangan sampai menimbulkan fitnah. Demikian pula apakah keluarganya memberikan dorongan untuk berkontribusi di dalam masyarakatnya, serta hal yang perlu menjadi perhatian penting adalah apakah para perempuan telah mempersiapkan dirinya menempati posisi- posisi strategis yang membuatnya bisa bermanfaat bagi masyarakatnya.
Dengan dipenuhinya seluruh fitrah oleh perempuan, membuat mereka mampu menciptakan kedamaian dan ketenangan dalam keluarga. Perempuan harus mampu mengatur kapan dia berada di rumah dan bisa keluar rumah. Bila ini terwujud, tidak ada masalah bagi perempuan walaupun sangat aktif berkegiatan di luar rumah. Laki- laki akan mendapatkan apa yang dikerjakannya, demikian pula dengan perempuan. Jika perempuan hanya di rumah, bisa jadi tidak ada yang diperolehnya.
Perempuan laksana sekolah. Bila dipersiapkan dengan baik, dia akan melahirkan generasi yang baik. Sehingga potensi- potensi yang dimiliki oleh perempuan harus dimaksimalkan, harus ditumbuhkan, jangan dibiarkan begitu saja yang nantinya justru akan menjadi beban keluarga. Dalam hal ini perempuan harus mempunyai kecerdasan termasuk dalam mengurus keluarganya. Jika mereka mengabaikannya tentu sulit melahirkan generasi yang baik. Perempuan tidak boleh melupakan fitrahnya, sehingga meski beraktivitas di kegiatan sosial, perempuan tidak mengabaikan tugasnya sebagai seorang ibu, termasuk melupakan tugasnya sebagai seorang istri yang melayani suaminya. Juga seharusnya pendidikan anak- anaknya tidak terbengkalai. Oleh karena itu, kajian mengenai pembinaan keluarga harus didukung karena menjadi bekal untuk menghasilkan generasi yang baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar