Entri Populer

Sabtu, 25 Desember 2010

Agar Ngampus Tak Sekedar Status

Jika aku mau
Aku bisa hidup semauku
Untuk diri sendiri
Melakoni apapun dengan enak hati
Mencari kesenangan, kesuksesan untuk diri sendiri
Sayang,,, aku terlanjur tahu...
Bahwa hidup bukan sebuah permainan
Bukan pula sesederhana yang kita pikirkan
Hidup adalah pilihan...
Untuk melakoni seadanya atau menyebarkan energi dan menjadi berarti...

Dunia kampus sarat dengan pilihan. Apakah kita ingin menjalaninya dengan mengalah saja, atau melakukan lompatan- lompatan yang tidak terduga. Kita tidak hanya bisa sekedar ngampus...kuliah...kos...kongkow...kantin...dsb. ada banyak hal yang bisa kita lakukan dalam jangka waktu 4-5 tahun di kampus.
Aktivis, Siapa Mereka?
Kampus tidak pernah sepi dari para aktivisnya. Orang- orang yang dalam perkembangannya selama menjadi mahasiswa memiliki ketertarikan untuk ‘berbuat lebih’ dari sekedar memajukan diri sendiri lewat angka- angka indeks prestasi.
Aktivis kampus, secara sederhana dapat kita wakilkan pada orang- orang atau teman- teman kita yang secara langsung menceburkan dirinya pada organisasi- organisasi di kampusnya baik internal (BEM/ Senat, UKM, Dewan Mahasiswa, dan sebagainya) atau eksternal (pergerakan mahasiswa, ormas, dan organisasi- organisasi di luar kampus).
Saat awal- awal kita memilih ikut masuk dalam sebuah organisasi, pasti empat jawaban ini yang dilontarkan:
a. Menambah teman
b. Cari pengalaman
c. Belajar berorganisasi
d. Mengisi waktu
Sah- sah saja dan tidak masalah dengan jawaban itu. Tapi ternyata, memilih untuk aktif dalam berbagai kegiatan kampus dan pilihan menjadi aktivis bisa jadi tidak sesederhana itu. Ternyata, banyak yang kita dapatkan bahkan lebih banyak daripada apa yang kita sadari.
Jadi, aktivis kampus bukan orang- orang yang hanya mencantumkan namanya di sebuah organisasi, bukan pula orang yang hanya menjadi penggembira. Aktif di kampus ternyata bukan sekedar mencari teman atau mengisi waktu luang.
Aktif di Kampus, Why?
Banyak jawaban menarik dan mendasar yang bisa kita temui saat menggali pertanyaan itu. Jawaban- jawaban yang membuktikan komitmen mereka terhadap apa yang mereka rasa sebagai pilihan sadar, keterlanjuran, bahkan panggilan jiwa saat mereka tercebur dalam aktivitas- aktivitas di kampus selain kuliah. Ada banyak manfaat daripada sekedar mengisi waktu luang atau menambah teman.
1. Sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain
Seorang teman, sebut saja namanya Adi, mantan Presiden BEM, pernah menjawab dengan lugas dan mantap perihal pilihannya untuk malang- melintang di berbagai kegiatan dikampus maupun di luar kampus. Begini katanya:
“Karena saya tahu siapa saya dan saya tahu apa manfaat yang saya dapatkan. Jadi orang biasa sudah banyak. Saya ingin menjadi ‘extra ordinary person’ yang bisa memberi manfaat untuk orang lain. Dan dengan beraktivitas, maka akan tergali potensi diri.”
Dari jawaban tersebut mengandung visi yang luar biasa, dan energi kata- katanya mencerminkan semangat yang ditularkan di setiap aktivitas yang dikerjakan. Seorang aktivis bukan ‘sekedar’ mendapatkan apa- apa yang tampak dan hanya berguna untuk dirinya. Visi yang jelas telah pula dicetuskan oleh Rasulullah, “Sebaik- baik manusia adalah yang bermanfaat bagi manusia yang lain”. Rupanya, sahabat kita tadi mengerti betul bahwa hanya dengan melakukan aktivitas- aktivitas itulah semua potensi dirinya akan terus tergali. Dan dengannya, aktivitas demi aktivitas akan terus dilakukannya untuk memberikan manfaat bagi orang lain. Jadi, memilih menjadi aktivis bukan sekedar untuk diri sendiri, bukan?

2. Optimalisasi Masa Studi
Pilihan untuk aktif di kampus sebenarnya berawal dari optimalisasi masa studi. Bayangkan jika dalam jangka waktu 4-5 tahun kita tidak melakukan apapun kecuali kuliah. Masa di kampus hanya sebentar dan itu hanyalah salah satu fase yang harus kita tempuh. Banyak hal yang harus kita persiapkan untuk menghadapi banyak hal setelah kuliah nanti.

3. Aktif di Kampus Itu Panggilan Jiwa, Mempertahankan Idealisme
Seorang teman pernah merasa sangat ingin ‘melepaskan’ semua aktivitas- aktivitas yang digelutinya di kampus. Tapi, setiap kali ingin ‘berhenti’ dia selalu merasa terpanggil lagi untuk terus berpartisipasi dan terus meluangkan waktu, tenaga, dan pikirannya untuk kegiatan- kegiatan tersebut.
Panggilan jiwa! Begitu katanya. Pilihanuntuk aktif di kampus berkaitan erat dengan idealisme yang kita yakini. Kadang, banyak teman yang masih saja merasa perlu ‘memperjuangkan’ idealisme dan kebenaran yang ia yakini. Dan dengan itulah ada energi yang terus mendorongnya untuk bergerak. Memberikan nuansa perubahan bagi dirinya dan orang lain.

4. Aktif di kampus itu merubah cara berpikir
“Saya seorang yang biasa- biasa saja waktu di SMA. Saya tidak terlalu tertarik untuk banyak berkecimpung di organisasi. Namun saat saya kuliah, banyak melihat kondisi yang begitu plural. Saya bergerak untuk mengasah potensi saya. Dan ternyata hasilnya luar biasa! Saya menemukan hal- hal yang dahulu saya merasa tidak mungkin dapat melakukannya. Saya terbiasa menyelesaikan masalah, saya jadi menemukan potensi- potensi saya. Kepemimpinan dan manajerial, misalnya”
Mungkin hal serupa banyak dialami hampir sebagian besar aktivis kampus. Kita dapat melihat teman- teman kita yang ‘biasa- biasa’ saja saat SMP, SMA, namun begitu cepat melejit saat dia kuliah. Kita mendengarnya menjadi salah satu tokoh di kampus. Sebenarnya ketenaran bukan standar seorang aktivis. Yang paling penting dari komentar di atas adalah bahwa teman kita itu mengalami perubahan cara berpikir. Perubahan paradigma. Cara dia memandang dirinya dan mengakui perubahan- perubahan dalam dirinya. Ada lompatan yang dilakukannya secara sadar, berupa kesadaran untuk berpartisipasi dalam kegiatan- kegiatan yang berskala lebih luas di kampusnya.
Mahasiswa yang aktif di kampus dengan berbagai kegiatan dan terbiasa menghadapi suasana yang beragam akan terbentuk menjadi pribadi yang bisa dan biasa dengan perbedaan. Lebih toleran dan terbiasa memecahkan masalah. Selain itu, dengan aktif di berbagai kegiatan kita menjadi seorang yang bisa memberikan argumen terhadap apa yang kita yakini, supel, dan tidak monoton.
Cara berpikir dan proses kita memahami sesuatu sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan seberapa luas pergaulan kita. Selain itu, masukan- masukan dari apa yang kita baca, pengalaman yang kita dapatkan, sangat membantu kita memiliki cara berpikir yang luas dan kepribadian yang terbuka. Akyivitas di kampus (selain kuliah) dapat memberikan kita hal- hal baru tersebut. Jadi, terjunlah di sana dan rasakan perubahan yang akan Anda alami.

5. Sebab Tidak Semua Dikuliahkan
Tidak semua akan kita dapatkan di bangku kuliah. Itulah kenapa aktif di kampus menjadi pilihan. Ada banyak hal yang tidak kita dapatkan hanya dengan datang ke kampus, kuliah, lalu pulang. Memang tidak semua orang harus ‘dipaksa’ menjadi seorang aktivis. Semua orang punya pilihan untuk mewarnai hidupnya bukan?
Pelajaran tentang memahami orang lain, pelajaran tentang tanggung jawab, kepedulian, pelajaran tentang cara menyelesaikan masalah. Dan semua pelajaran yang hanya bisa kita dapatkan jika kita mengalaminya.
Jadi, pilihan menjadi aktivis kampus sebenarnya timbul dari dorongan untuk mendapatkn nilai lebih dari sekedar kuliah. Kadang untuk mendapatkan pengalaman- pengalaman di dunia kampus selain kuliah, kita bisa secara sadar ‘masuk’ dalam aktivitas- aktivitas tersebut, bisa juga karena tidak sengaja terlibat, bahkan terjebak ke dalam aktivitas- aktivitas tersebut. Tapi, beruntunglah orang- orang yang ‘terjebak’ ke dalam hal- hal yang ‘positif’, iya kan?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar